Ilustrasi Rohani Kristen - 05
01.
GAGAK
YANG HAUS

02.
SERIGALA
YANG LICIK
Serigala yang kelaparan kala itu
sedang kesulitan mencari makan. Ia sudah sangt kelaparan hingga merasakan lemas
dan tidak sanggup lagi berlari mengejar mangsanya. Ketika ia sedang berjalan,
serigala melihat sarang burung yang ada diatas pohon. Seketika serigala
tersebut memakan telur burung yang ada di sarang tersebut. Ketika menyadari
bahwa ada banyak sarang burung yang ditinggal pergi oleh induknya serigala
langsung melalap habis seluruh telur itu. Induk burung yang terkejut melihat
sangkarnya sudah kosong menangis begitu keras. Serigala lalu berkata bahwa ia
yang akan menjaga telur-telur para burung dengan aman. Namun pada kenyataannya,
serigala sendirilah yang memakan semua telur yang dititipkan keadanya. Namun
pada akhirnya serigala merasakan sakit perut akibat terlalu banyak memakan
telur burung. Induk burung yang menyadari hal itu lalu mematuki kepala serigala
sampai berdarah. Semenjak saat itu tak ada seorangpun yang percaya kepada
serigala apapun yang ia katakan. Bahkan apabila ada serigala yang sedang dalam
kesulitan, tak satupun penduduk hutan yang mau membantu.
03.
WORTEL,
TELUR ATAU KOPI?
Seorang anak
mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tidak tahu lagi harus
berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah berjuang. Tapi setiap saat satu
persoalan terpecahkan, persoalan yang lain muncul. Ayahnya, seorang juru masak,
membawa anaknya ke dapur. Ia mengambil tiga buah panci, mengisinya
masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala. Beberapa
saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama, ia
memasukkan wortel. Pada panci kedua, ia memasukkan telur. Dan pada panci ketiga
ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk. Ia membiarkan ketiganya mendidih. Selama
itu si anak terdiam seribu basa. Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan
api. Lalu menyiduk wortel dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring.
Kemudian ia mengambil telur dan meletakkanya pada piring yang sama. Terakhir ia
menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga. Ia lalu menoleh pada
anaknya dan bertanya, "Apa yang kau lihat, Nak?". Wortel, telur,
dan kopi," jawab sang anak. Ia membimbing anaknya mendekat dan
memintanya untuk memegang wortel. Anak itu melakukan apa yang diminta dan
mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak. Kemudian sang ayah meminta anaknya
memecah telur. Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan
bahwa telur rebus itu kini terasa keras. Kemudian sang ayah meminta anak itu
mencicipi kopi. Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu.
"Apa maksud semua ini, ayah?" tanya sang anak.Sang ayah menjelaskan
bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama, yaitu direbus
dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu
yang berbeda-beda. Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air
mendidih, berubah menjadi lunak dan lemah. Sedangkan telur, sebaliknya, yang
semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh. Sedangkan
biji kopi tumbuh berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus, malah
mengubah air yang
merebusnya itu. "Maka, yang manakah dirimu?" tanya sang ayah pada anaknya. "Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu? Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?".
merebusnya itu. "Maka, yang manakah dirimu?" tanya sang ayah pada anaknya. "Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu? Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?".
04. TAAT
Seorang anak
berusia 5 tahun bernama Mark datang kegereja untuk melihat kakaknya, Bianca
bernyanyi dalam paduan suara gereja. Ketika Mark melihat seorang pendeta
memerlukan bantuan, seketika Mark menghampiri pendeta itu dan bertanya apa yang
bisa ia lakukan untuk membantu pendeta tersebut. Sang pendeta yang tengah
membawa kayu salib untuk acara drama dalam ibadah Paskah itu lalu memberikan
salib tersebut kepada Mark. Pendeta ini berkata “Nak, pegang ini sampai aku kembali, aku sudah mengerjakannya semalaman
dan aku sangat lelah. Aku berharap kau memegangnya dengan benar. Catnya belum
kering, jadi tetaplah pegang seperti ini agar catnya tidak hilang. Aku akan
kembali sebentar lagi dan membawa kain untuk dipasang di bagian atas itu”. Mark
menganggukkan kepalanya. Pendeta itu pergi cukup lama, sampai saat Bianca sudah
selesai berlatih paduan suara pendeta itu tak kunjung datang. Bianca menyuruh
Mark meninggalkan salib itu dan pulang saja, karena menurut Bianca salib itu
sudah kering seutuhnya. Namun Mark tidak mau. Bianca marah dan pergi
meninggalkan Mark sambal berkata”adikku
yang bodoh, kau datang bukan untuk itu, lebih baik jangan lagi kau datang lain
kali. Aku tak mau melihatmu”. Mark sedih mendengar kakanya berkata seperti
itu, namun ia hanya ingin menunggu sampai akhirnya sang pendeta datang kembali.
05.
KEBIJAKSANAAN
Dua ekor singa gunung bertemu pada jalan yang sempit yang
hanya dapat dilewati salah satu di antara mereka. Di sebelah kiri mereka terdapat jurang yang
dalam dan di sebelah kanan ada sebuah danau.
Kedua binatang itu saling berpandangan.
Apa yang harus mereka kerjakan?
Mereka tak dapat berjalan balik karena terlalu berbahaya. Salah
satu singa tiba-tiba berbaring pada jalan yang kecil itu, dan mengaum memberi
tanda kepada singa yang lain supaya berjalan di atasnya. Dan selamatlah keduanya dari kecelakaan. Kedua
singa itu tidak saling berkelahi untuk mempertahankan jalannya supaya selamat.
06.
GOA YANG SOMBONG
Sebuah
gua merasa
sangat sombong karena mampu menggelapkan siapapunyang masuk kedalamnya.
Ia merasa lebih hebat dari segalanya. Tetapi hanya matahari yang belum
masuk
kedalam gua itu. Sehingga gua itu
menantang matahari untuk masuk kedalmnya. Dengan tersenyum matahari
menyanggupi
permintaan gua itu dan masuk kedalamnya.
Alhasil bukannya matahari yang jadi gelap, tetapi gua itu menjadi terang
benderang.
07. CAPUNG YANG SOMBONG
Suatu sore di tepi hutan, sekawan gajah sedang berkumpul sambil menikmati makanan sorenya. Dan seekor
gajah muda kesulitan merai daun yang berada di atas dahan yang sedikit lebih
tinggi dari badannya. Maka dengan kesulitan gajah muda ini berdiri di atas dua
kaki belakangnya. Tatapi meski begitu ia tidak berhasil meraihnya juga.
Belalaiya tidak cukup panjang untuk mengapainya. Sememntara itu seekor capung
sedari tadi bersiliweran terbang melintas-lintas sambil menertawakan perangai
si gajah muda itu.“Hai, gajah, biar tubuh besar
tapi rupanya kamu termasuk hewan yang bodoh, ya? Masa Cuma meraih daun
setinggi itu pun kanmu tidak bisa. Hehehe…. Apa gunanya punya tubuh besar tapi
tolol.”Mendengar ejekan itu panaslah telinga si gajah muda. Tatapi ia tidak
menggubrisnya. Melainkan hanya mengibas-ngibaskan telinganya yang lebar itu.
Semantara si capung terus terbang mengintari sambil berceloteh. Hai, gajah
muda. Lihatlah aku. Tanpa susuah payahpun aku dapat terbang setinggi yang
kukehendaki. Lihatla ini.” Seru capung sambil memperlihatkan kemahiranya
mengangkasa. Tetapi diluar kesadaran, sesungguhnya seekor burung alap-alap
sedang mengincarnya. Sejak tadi pula. Maka begiti capung melepaskan diri dari
kerumunan kawanannya ia segera disambar. Huuup!! Kena, dan sirna tinggal
bulu-bulu sayapnya saja yang tersisa jatuh meluruh ke tanah di dekat kaki
gajah. Sambil mendesah si gajah mudah mendongkak ke atas. Gumamnya, “rupanya di
atas yang paling tinggi masih ada yang labih tinggi. Diatas yang paling pintar
juga masih ada yang lebih pintar.
08. AYAHKU
SEORANG TUKANG CUKUR
Margareth merasa malu dengan profesi ayahnya sebagai tukang
cukur. Bayangkan saja, setiap hari ia
diejek teman-temannya dengan sebutan Anak Tukang Cukur. Ia malu kepada
teman-temannya bercampur marah kepada ayahnya.“mengapa ayah harus menjadi seorang tukang cukur? Apa tidak ada
pekerjaan lain?”. Karena tidak tahan dengan hinaan teman-temanya, sepulang
sekolah I’in menuju temapt biasa ayahnya mangkal. Apa yang dilakukannya?
Hai…….. ia mengambil perlengkapan cukur tanpa sepengetahuan ayahnya. Tentu saja
Ayah Margareth sangat kebingungan. Alatl-alat cukur itu merupakan barang yang
sangat berharga. Akibatnya, ia tidak bisa bekerja dan itu membuatnya sedih
karena tidak ada penghasilan untuk menghidupi keluarganya. Kesedihan yang
mendalam mengakibatkan ayah Margareth jatuh sakit. Margareth merasa bersalah.
Dengan wajah penuh rasa bersalah, ia mendatangi kamar ayahnya sambil membawa
alat-alat cukur yang disembunyikannya. Margareth lupa bahwa dari usaha ayahnya
ia bisa sekolah, memberi pakaian, dan tidak kelaparan.
09. SEMUT DAN
BUAYA
Di sebuah hutan, tinggallah sekelompok semut disebuah pohon
dipinggir sungai. Keberadaannya yang kecil dan lemah sering menjadi bahan
ejekan seekor buaya. “Hai semut, apa yang
bisa kamu lakukan dengan tubuhmu yang kecil dan lemah itu. Tidak ada yang dapat
kamu lakukan kecuali hanya berjalan berbaris setiap hari.”
Meskipun dihina, semut-semut itu tidak sakit hati dan
mereka tetap bekerja dengan rajin. Suatu saat, hhujan deras turun sehingga
sunagi meluap dan banjir besar melanda. Binatang-binatang liar berlarian untuk
menyelamatkan diri. Tak terkecuali semut-semut itu tadi. Semut-semut kecil
menyelamatkan diri dengan naik sebatang pohon yang cukup tinggi sehingga
semuanya selamat dari terjangan arus sungai. Bagaimana nasib sang buaya? Arus
sunagi yang terlalu kuat membuat tbuhnya terseret dan terhempas pada sebongkah
batu besar yang ada ditengah sungai. Buaya yang congkak dan senang menghina
sesamanya itu mati disaksikan para semut yang ada di atas pohon.
10. ANAK AYAM DAN ANAK RAJAWALI
Iin seekor ayam yang sedang mengerami 9 buah telurnya sedang mencari makan di tengah hutan. Pada saat yang bersamaan munculah Lady, seekor burung rajawali yang anggun. Lady terengah-engah menghampiri Iin. Iin yang melihat banyak darah berlumuran pada tubuh Lady lantas bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada Lady sehingga dia berlumuran dengan darah. Ternyata lady sedang bertengkar dengan suaminya Uno. Lady lalu menitipkan telur yang dibawanya kepada Iin lalu pergi meninggalkannya. Sebagai seorang induk yang baik, naluri Iin merawat kesepuluh telurnya hingga semuanya menetas sangat baik. Bahkan mereka semua pada akhirnya bertumbuh menjadi anak ayam yang sangat menggemaskan. Namun anak yang menetas dari telu Lady tidak demikian, ia merasakan perbedaan antara dia dengan kesembilan anak Iin yang lain. Sampai Iin meninggalpun, ia tidak mengetahui apa penyebab dari perbedaannya tersebut. Yang ia ketahui adalah dia hanyalah anak ayam yang tidak dapat terbang, lemah, serta takut terhadap rajawali yang sedang terbang berputar diatas kumpulan ayam.
10. ANAK AYAM DAN ANAK RAJAWALI
Iin seekor ayam yang sedang mengerami 9 buah telurnya sedang mencari makan di tengah hutan. Pada saat yang bersamaan munculah Lady, seekor burung rajawali yang anggun. Lady terengah-engah menghampiri Iin. Iin yang melihat banyak darah berlumuran pada tubuh Lady lantas bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada Lady sehingga dia berlumuran dengan darah. Ternyata lady sedang bertengkar dengan suaminya Uno. Lady lalu menitipkan telur yang dibawanya kepada Iin lalu pergi meninggalkannya. Sebagai seorang induk yang baik, naluri Iin merawat kesepuluh telurnya hingga semuanya menetas sangat baik. Bahkan mereka semua pada akhirnya bertumbuh menjadi anak ayam yang sangat menggemaskan. Namun anak yang menetas dari telu Lady tidak demikian, ia merasakan perbedaan antara dia dengan kesembilan anak Iin yang lain. Sampai Iin meninggalpun, ia tidak mengetahui apa penyebab dari perbedaannya tersebut. Yang ia ketahui adalah dia hanyalah anak ayam yang tidak dapat terbang, lemah, serta takut terhadap rajawali yang sedang terbang berputar diatas kumpulan ayam.
Tidak ada komentar