Header Ads

ads
Loading...

Ilustrasi Rohani Kristen - 05

01.  GAGAK YANG HAUS 
Di siang hari pada musim kemarau yang begitu panas, seekor gagak yang merasa begitu kehausan terbang berputar-putar. Ia tidak menemukan setetes airpun karena semua sumber air dan sungai di hutan tersebut telah kering akibat kemarau. Ditengah pencariannya, gagak menemukan sebuah botol besar yang berisikan air di dalamnya. Namun, paruh gagak tidak berhasil menyentuh air dalam botol itu. Gagak mencari batu yang besar untuk dapat memecahkan botol itu, namun ia tidak kuat untuk mengangkat batu yang besar. Seekor siput yang melihatnya lalu berkata “Kenapa begitu kesulitan bagimu mengangkat batu besar itu. Lihatlah banyak batu kecil di sekelilingmu. masukkan itu kedalam botol agar airnya naik.” Gagak pun tidak menghiraukan ucapan siput, ia berfikir akan semakin lama apabila ia harus mengumpulkan batu-batu kecil. Akan lebih cepat ia minum ketika botol itu telah pecah. Gagak hampir pingsan karena kehausan. Akhirnya gagak melakukan apa yang disarankan siput kepadanya. Tak lama gagakpun akhirnya dapat minum hingga puas. 

02.  SERIGALA YANG LICIK 
Serigala yang kelaparan kala itu sedang kesulitan mencari makan. Ia sudah sangt kelaparan hingga merasakan lemas dan tidak sanggup lagi berlari mengejar mangsanya. Ketika ia sedang berjalan, serigala melihat sarang burung yang ada diatas pohon. Seketika serigala tersebut memakan telur burung yang ada di sarang tersebut. Ketika menyadari bahwa ada banyak sarang burung yang ditinggal pergi oleh induknya serigala langsung melalap habis seluruh telur itu. Induk burung yang terkejut melihat sangkarnya sudah kosong menangis begitu keras. Serigala lalu berkata bahwa ia yang akan menjaga telur-telur para burung dengan aman. Namun pada kenyataannya, serigala sendirilah yang memakan semua telur yang dititipkan keadanya. Namun pada akhirnya serigala merasakan sakit perut akibat terlalu banyak memakan telur burung. Induk burung yang menyadari hal itu lalu mematuki kepala serigala sampai berdarah. Semenjak saat itu tak ada seorangpun yang percaya kepada serigala apapun yang ia katakan. Bahkan apabila ada serigala yang sedang dalam kesulitan, tak satupun penduduk hutan yang mau membantu. 

03.  WORTEL, TELUR ATAU KOPI? 
Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah berjuang. Tapi setiap saat satu persoalan terpecahkan, persoalan yang lain muncul. Ayahnya, seorang juru masak, membawa anaknya ke dapur. Ia mengambil tiga buah panci, mengisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala. Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih. Pada panci pertama, ia memasukkan wortel. Pada panci kedua, ia memasukkan telur. Dan pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk. Ia membiarkan ketiganya mendidih. Selama itu si anak terdiam seribu basa. Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api. Lalu menyiduk wortel dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring. Kemudian ia mengambil telur dan meletakkanya pada piring yang sama. Terakhir ia menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga. Ia lalu menoleh pada anaknya dan bertanya, "Apa yang kau lihat, Nak?". Wortel, telur, dan kopi," jawab sang anak.  Ia membimbing anaknya mendekat dan memintanya untuk memegang wortel.  Anak itu melakukan apa yang diminta dan mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak. Kemudian sang ayah meminta anaknya memecah telur. Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini terasa keras. Kemudian sang ayah meminta anak itu mencicipi kopi. Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu. "Apa maksud semua ini, ayah?" tanya sang anak.Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama,  yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu yang berbeda-beda. Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih, berubah menjadi lunak dan lemah. Sedangkan telur, sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh. Sedangkan biji kopi tumbuh berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus, malah mengubah air yang
merebusnya itu. "Maka, yang manakah dirimu?" tanya sang ayah pada anaknya. "Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu? Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?"
. 

04.  TAAT 
Seorang anak berusia 5 tahun bernama Mark datang kegereja untuk melihat kakaknya, Bianca bernyanyi dalam paduan suara gereja. Ketika Mark melihat seorang pendeta memerlukan bantuan, seketika Mark menghampiri pendeta itu dan bertanya apa yang bisa ia lakukan untuk membantu pendeta tersebut. Sang pendeta yang tengah membawa kayu salib untuk acara drama dalam ibadah Paskah itu lalu memberikan salib tersebut kepada Mark. Pendeta ini berkata “Nak, pegang ini sampai aku kembali, aku sudah mengerjakannya semalaman dan aku sangat lelah. Aku berharap kau memegangnya dengan benar. Catnya belum kering, jadi tetaplah pegang seperti ini agar catnya tidak hilang. Aku akan kembali sebentar lagi dan membawa kain untuk dipasang di bagian atas itu”. Mark menganggukkan kepalanya. Pendeta itu pergi cukup lama, sampai saat Bianca sudah selesai berlatih paduan suara pendeta itu tak kunjung datang. Bianca menyuruh Mark meninggalkan salib itu dan pulang saja, karena menurut Bianca salib itu sudah kering seutuhnya. Namun Mark tidak mau. Bianca marah dan pergi meninggalkan Mark sambal berkata”adikku yang bodoh, kau datang bukan untuk itu, lebih baik jangan lagi kau datang lain kali. Aku tak mau melihatmu”. Mark sedih mendengar kakanya berkata seperti itu, namun ia hanya ingin menunggu sampai akhirnya sang pendeta datang kembali. 

05.  KEBIJAKSANAAN 
Dua ekor singa gunung bertemu pada jalan yang sempit yang hanya dapat dilewati salah satu di antara mereka.  Di sebelah kiri mereka terdapat jurang yang dalam dan di sebelah kanan ada sebuah danau.  Kedua binatang itu saling berpandangan.  Apa yang harus mereka kerjakan?  Mereka tak dapat berjalan balik karena terlalu berbahaya. Salah satu singa tiba-tiba berbaring pada jalan yang kecil itu, dan mengaum memberi tanda kepada singa yang lain supaya berjalan di atasnya.  Dan selamatlah keduanya dari kecelakaan. Kedua singa itu tidak saling berkelahi untuk mempertahankan jalannya supaya selamat. 

06.  GOA YANG SOMBONG 
Sebuah gua merasa sangat sombong karena mampu menggelapkan siapapunyang masuk kedalamnya.  Ia merasa lebih hebat dari segalanya.  Tetapi hanya matahari yang belum masuk kedalam gua itu.  Sehingga gua itu menantang matahari untuk masuk kedalmnya. Dengan tersenyum matahari menyanggupi permintaan gua itu dan masuk kedalamnya.  Alhasil bukannya matahari yang jadi gelap, tetapi gua itu menjadi terang benderang. 

07.  CAPUNG YANG SOMBONG 
Suatu sore di tepi hutan, sekawan gajah sedang berkumpul  sambil menikmati makanan sorenya. Dan seekor gajah muda kesulitan merai daun yang berada di atas dahan yang sedikit lebih tinggi dari badannya. Maka dengan kesulitan gajah muda ini berdiri di atas dua kaki belakangnya. Tatapi meski begitu ia tidak berhasil meraihnya juga. Belalaiya tidak cukup panjang untuk mengapainya. Sememntara itu seekor capung sedari tadi bersiliweran terbang melintas-lintas sambil menertawakan perangai si gajah muda itu.“Hai, gajah, biar tubuh besar  tapi rupanya kamu termasuk hewan yang bodoh, ya? Masa Cuma meraih daun setinggi itu pun kanmu tidak bisa. Hehehe…. Apa gunanya punya tubuh besar tapi tolol.”Mendengar ejekan itu panaslah telinga si gajah muda. Tatapi ia tidak menggubrisnya. Melainkan hanya mengibas-ngibaskan telinganya yang lebar itu. Semantara si capung terus terbang mengintari sambil berceloteh. Hai, gajah muda. Lihatlah aku. Tanpa susuah payahpun aku dapat terbang setinggi yang kukehendaki. Lihatla ini.” Seru capung sambil memperlihatkan kemahiranya mengangkasa. Tetapi diluar kesadaran, sesungguhnya seekor burung alap-alap sedang mengincarnya. Sejak tadi pula. Maka begiti capung melepaskan diri dari kerumunan kawanannya ia segera disambar. Huuup!! Kena, dan sirna tinggal bulu-bulu sayapnya saja yang tersisa jatuh meluruh ke tanah di dekat kaki gajah. Sambil mendesah si gajah mudah mendongkak ke atas. Gumamnya, “rupanya di atas yang paling tinggi masih ada yang labih tinggi. Diatas yang paling pintar juga masih ada yang lebih pintar. 

08.  AYAHKU SEORANG TUKANG CUKUR 
Margareth merasa malu dengan profesi ayahnya sebagai tukang cukur. Bayangkan saja,  setiap hari ia diejek teman-temannya dengan sebutan Anak Tukang Cukur. Ia malu kepada teman-temannya bercampur marah kepada ayahnya.“mengapa ayah harus menjadi seorang tukang cukur? Apa tidak ada pekerjaan lain?”. Karena tidak tahan dengan hinaan teman-temanya, sepulang sekolah I’in menuju temapt biasa ayahnya mangkal. Apa yang dilakukannya? Hai…….. ia mengambil perlengkapan cukur tanpa sepengetahuan ayahnya. Tentu saja Ayah Margareth sangat kebingungan. Alatl-alat cukur itu merupakan barang yang sangat berharga. Akibatnya, ia tidak bisa bekerja dan itu membuatnya sedih karena tidak ada penghasilan untuk menghidupi keluarganya. Kesedihan yang mendalam mengakibatkan ayah Margareth jatuh sakit. Margareth merasa bersalah. Dengan wajah penuh rasa bersalah, ia mendatangi kamar ayahnya sambil membawa alat-alat cukur yang disembunyikannya. Margareth lupa bahwa dari usaha ayahnya ia bisa sekolah, memberi pakaian, dan tidak kelaparan. 

09.  SEMUT DAN BUAYA 
Di sebuah hutan, tinggallah sekelompok semut disebuah pohon dipinggir sungai. Keberadaannya yang kecil dan lemah sering menjadi bahan ejekan seekor buaya. “Hai semut, apa yang bisa kamu lakukan dengan tubuhmu yang kecil dan lemah itu. Tidak ada yang dapat kamu lakukan kecuali hanya berjalan berbaris setiap hari.”
Meskipun dihina, semut-semut itu tidak sakit hati dan mereka tetap bekerja dengan rajin. Suatu saat, hhujan deras turun sehingga sunagi meluap dan banjir besar melanda. Binatang-binatang liar berlarian untuk menyelamatkan diri. Tak terkecuali semut-semut itu tadi. Semut-semut kecil menyelamatkan diri dengan naik sebatang pohon yang cukup tinggi sehingga semuanya selamat dari terjangan arus sungai. Bagaimana nasib sang buaya? Arus sunagi yang terlalu kuat membuat tbuhnya terseret dan terhempas pada sebongkah batu besar yang ada ditengah sungai. Buaya yang congkak dan senang menghina sesamanya itu mati disaksikan para semut yang ada di atas pohon. 

10.  ANAK AYAM DAN ANAK RAJAWALI 
Iin seekor ayam yang sedang mengerami 9 buah telurnya sedang mencari makan di tengah hutan. Pada saat yang bersamaan munculah Lady, seekor burung rajawali yang anggun. Lady terengah-engah menghampiri Iin. Iin yang melihat banyak darah berlumuran pada tubuh Lady lantas bertanya apa yang sebenarnya terjadi pada Lady sehingga dia berlumuran dengan darah. Ternyata lady sedang bertengkar dengan suaminya Uno. Lady lalu menitipkan telur yang dibawanya kepada Iin lalu pergi meninggalkannya. Sebagai seorang induk yang baik, naluri Iin merawat kesepuluh telurnya hingga semuanya menetas sangat baik. Bahkan mereka semua pada akhirnya bertumbuh menjadi anak ayam yang sangat menggemaskan. Namun anak yang menetas dari telu Lady tidak demikian, ia merasakan perbedaan antara dia dengan kesembilan anak Iin yang lain. Sampai Iin meninggalpun, ia tidak mengetahui apa penyebab dari perbedaannya tersebut. Yang ia ketahui adalah dia hanyalah anak ayam yang tidak dapat terbang, lemah, serta takut terhadap rajawali yang sedang terbang berputar diatas kumpulan ayam.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.